Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Para analis menilai kerja sama keamanan, ekonomi, dan intelijen Israel telah membuat beberapa negara Afrika seperti Ethiopia dan Kongo memilih untuk menahan diri dalam pemungutan suara deklarasi dukungan bagi Palestina di PBB pada 12 September 2025. Pemungutan suara di Majelis Umum PBB ini berlangsung di tengah perhatian dunia setelah dua tahun perang dahsyat di Gaza yang menewaskan lebih dari 67 ribu warga Palestina. Dari 54 negara Afrika, 38 negara memberikan suara mendukung solusi dua negara, 4 negara abstain, dan 12 negara tidak hadir.
Keputusan abstain dan tidak hadir ini bukan reaksi spontan, melainkan hasil kerja bertahun-tahun Israel yang berhasil melemahkan solidaritas tradisional Afrika dengan Palestina dan membentuk aliansi baru di benua tersebut.
Ethiopia, negara Afrika kedua terpadat dengan 120 juta jiwa, abstain dalam pemungutan suara. Negara ini memiliki hubungan erat dengan Israel, terutama dalam proyek Bendungan Renaissance yang bernilai 5 miliar dolar AS dan mendapat dukungan teknis dari Tel Aviv. Ethiopia juga menjalin kerja sama keamanan dengan Israel, terutama setelah konflik internal yang melibatkan wilayah Tigray.
Kamerun menjadi contoh ketergantungan rezimnya pada dukungan Israel. Unit intervensi cepat yang dikenal sebagai “unit Israel” dipimpin oleh mantan perwira Israel dan berperan kunci dalam menjaga stabilitas pemerintahan Presiden Paul Biya. Kamerun bersama Eritrea termasuk negara Afrika yang tidak mengakui Palestina dan satu-satunya negara Afrika yang mendukung Israel dalam pemungutan suara 2013.
Kongo Demokratik, meski secara resmi mengakui Palestina, menahan diri dalam pemungutan suara demi menyeimbangkan antara solidaritas historis dan kepentingan ekonomi serta keamanan yang mengandalkan dukungan Israel di wilayah timur negara itu.
Negara lain seperti Maroko dan Sudan tidak hadir dalam pemungutan suara karena alasan normalisasi hubungan dan krisis internal, sementara Rwanda, Kenya, dan Zambia tetap menjaga hubungan pragmatis dengan Israel di bidang keamanan dan teknologi.
Sejak akhir 1980-an, Israel berupaya memperluas pengaruhnya di Afrika melalui kerjasama militer dan teknologi. Kini, Israel memiliki hubungan diplomatik dengan 44 negara Afrika dan ekspor alat pertahanannya ke benua ini mencapai 3 persen dari total ekspor pertahanan senilai 14,7 miliar dolar AS pada 2024. Setidaknya tujuh negara Afrika menggunakan program intelijen Israel.
Sementara itu, Afrika Selatan tetap menjadi suara utama dukungan bagi Palestina di Afrika. Pada pemungutan suara September 2025, Afrika Selatan mendukung deklarasi yang menegaskan solusi dua negara dan menolak pelanggaran hak-hak rakyat Palestina.
Your Comment